Puppy Diplomacy: Pendekatan non-Tradisional dalam Hubungan Internasional

Latar Belakang
Diplomasi merupakan hal yang umum terjadi di dunia internasional. Negara melakukan diplomasi dengan negara lainnya untuk mencapai sebuah jawaban dari suatu konundrum. Diplomasi bahkan sudah terjadi sejak zaman Mesopotamia. Namun, istilah diplomasi mulai prevalen sejak abad ke-19.(Satow, 2011) Diplomasi telah melahirkan banyak penyelesaian konflik yang sangat berpengaruh dalam sejarah internasional. Salah satunya yakni pada peristiwa perang dunia pertama yang diakhiri dengan cara diplomatik yang kemudian menghasilkan Versailles agreement. Diplomasi biasanya berbentuk seperti pertemuan ataupun simposium yang mana simposium tersebut dihadiri oleh perwakilan atau delegasi dari tiap pihak yang terlibat. Delegasi-delegasi tersebut saling melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang paling menguntungkan bagi pihaknya. Seiring berjalannya waktu, diplomasi telah juga berkembang. Diplomasi kini tidak selalu soal simposium dan negosiasi. Di masa kontemporer ini terjadi fenomena unik yakni penggunaan anjing sebagai hadiah diplomatik. Fenomena tersebut dikenal dengan istilah “Puppy Diplomacy”. Di antaranya yang paling terkenal yakni ketika masa perang dingin, Kepala Pemerintahan Uni Soviet Nikita Kruschev menghadiahkan seekor anjing kepada presiden Amerika Serikat John F. Kennedy.(Ottewill, 2023) Pada tulisan ini penulis akan fokus membahas tentang Puppy Diplomacy mulai dari definisinya, perkembangannya, hingga tantangannya. Puppy diplomacy adalah istilah yang merujuk pada penggunaan anjing, khususnya anak anjing, sebagai alat diplomasi dalam
hubungan internasional. Konsep ini melibatkan pemanfaatan daya tarik dan kehangatan hewan peliharaan untuk mempererat hubungan antara negara-negara atau untuk meredakan ketegangan.
Asal Negara dan Contoh:
1. Amerika Serikat dan Jepang: Salah satu contoh terkenal dari puppy diplomacy adalah kasus pada tahun 2009, ketika Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama saling bertukar anak anjing sebagai simbol persahabatan. Obama memberikan anak anjing jenis Labrador Retriever kepada Hatoyama, sementara Hatoyama memberikan anak anjing jenis Shiba Inu kepada Obama. Tindakan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antara kedua negara dan menunjukkan ikatan persahabatan yang lebih personal.
2. Presiden AS dan Rusia: Dalam konteks lain, pada tahun 2010, Presiden Rusia Dmitry Medvedev menerima seekor anjing dari Presiden AS Barack Obama sebagai hadiah diplomatik. Ini adalah contoh bagaimana hewan peliharaan dapat berfungsi sebagai simbol kehangatan dan persahabatan antara pemimpin negara.
Secara umum, puppy diplomacy berfungsi sebagai cara non-tradisional untuk membangun atau memperbaiki hubungan internasional dengan cara yang lebih ringan dan tidak konfrontatif. Ini memanfaatkan sifat universal dari cinta terhadap hewan untuk menciptakan momen positif dan menghilangkan ketegangan diplomatik.
Untuk mengembangkan, mempertahankan, dan menyukseskan puppy diplomacy, Anda perlu merencanakan dan melaksanakan strategi yang menyeluruh. Berikut adalah panduan yang lebih terperinci dalam tiga aspek tersebut:
Upaya dalam Mengembangkan Puppy Diplomacy
Dalam mengembangkan praktik Diplomasi menggunakan hewan (puppy diplomacy) pastilah harus diperhatikan aspek – aspek kriteria yang harus dipenuhi agar praktik ini dapat terus dilakukan dan menjadi pilihan yang baik dalam menjalin kerjasama baik bilateral maupun multilateral. Berikut adalah aspek yang dapat diperhatikan dalam pemilihan dan pelaksanaan praktik Puppy Diplomacy.
Kesehatan:
1. Pemeriksaan Kesehatan: Hewan yang digunakan dalam prkatik Diplomacy diharuskan untuk mendapatan pemeriksaan menyulurh oleh dokter hewan yang bertujuan agar hewan yang digunakan terbebas dari penyakit.
2. Vaksinasi dan Parasit: Hewan yang digunakan juga harus mendapatkan vaksinasi secara lengkap agar terhindar dari parasite yang dapat menganggu kesehatan anjing tersebut.
Temperamen:
1. Rekomendasi: Dalam pemilihan jenis ataupun ras disarankan untuk memilih anjing yang dikenal memiliki temperamen ramah dan baik, hal ini dapat dipandu atau disarankan langsung oleh breeder terpercaya dalam pemilihannya.
2. Uji Temperamen: Evaluasi kepribadian anjing melalui uji temperamen untuk memastikan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru.
Simbolisme:
1. Jenis Anjing: Dalam pemilihan ras anjing juga dapat diperhatikan dari sejarah atau makna khusus dalam budaya kedua Negara yang mungkin saja salah satu Negara memiliki sejarah atau kepercayaan arti penting terhadap salah satu ras anjing.
Seremonial Penyerahan:
1. Acara Resmi:
- Dalam pelaksanaan puppy diplomacy acara penyerahan yang melibatkan pejabat tinggi dari kedua Negara harsu dipastikan bahwa cara tersebut merefleksikan kebudayaan dari ekdua belah pihak.
- Menyertakan elemen simbolik seperti pertukaran hadiah atau penandatanganan kesepakatan secara simbolis.
2. Liputan Media:
- Libatkan media lokal dan internasional untuk meliput acara tersebut dan mempromosikan pesan persahabatan yang ingin disampaikan.
- Program Pendukung:
1. Pelatihan:
- Pelatihan Profesional: Libatkan pelatih anjing profesional untuk mempersiapkan anjing menghadapi berbagai situasi diplomatik.
- Adaptasi Budaya: Ajarkan anjing tentang budaya dan kebiasaan negara tempat ia akan tinggal.
2. Perawatan:
- Fasilitas Kesehatan: Sediakan akses ke fasilitas kesehatan yang berkualitas di negara baru.
- Program Kesejahteraan: Buat program kesejahteraan untuk memastikan kesehatan dan kebahagiaan anjing.
3. Kunjungan Balasan:
- Jadwal Kunjungan: Rencanakan kunjungan balasan ke negara pengirim untuk mempererat hubungan dan memperkenalkan anjing kepada masyarakat.
Interaksi Sosial:
1. Keterlibatan Masyarakat:
- Dalam menyukseskan program puppy diplomacy dapat ditingkatkan dengan menyelenggarakan program edukasi tentang manfaat Puppy Dopmacy dan cara merawat anjing dengan baik, kegiatan ini mengajak anjing dalam kegiatan komunitas untuk meningatkan interaksi dan interest masyarakat terhadap anjing ataupun hewan peliharaan lain.
2. Acara Publik:
- Pameran ataupun festival yang melibatkan anjing dalam acara dalam rangka untuk memperkenalkan anjing kepada masyarakat luas.
Dokumentasi:
1. Media Sosial:
- Kedua belah pihak Negara dapat membagikan update rutin dan foto anjing di media sosial untuk menstimulus antusiasme dan membangun hubungan dengan audiens, yang diharapkan mampu menginspirasi gerakan diplomacy ini berjalan sukses.
2. Website Resmi:
- Buat website khusus yang mencakup informasi tentang anjing, acara, dan dampak dari program ini.Update Rutin konten secara berkala dengan berita terbaru dan foto-foto.
- Tujuan yang Jelas:
o Tetapkan tujuan yang jelas seperti visi dan misi apa yang ingin dicapai melalui puppy diplomacy lalu sampaikan pesan komunikasi dengan strategi yang efektif dalam menyampaikan pesan tujuan manfaat program tersebut.
Dengan pendekatan yang terencana dan terkoordinasi, puppy diplomacy dapat menjadi alat yang efektif dalam mempererat hubungan antar negara serta mempromosikan nilai-nilai persahabatan dan kesejahteraan hewan.
Upaya Mempertahankan Puppy Diplomacy
Dalam menjalankan 'puppy diplomacy' tentu tidak selalu berjalan mulus, terdapat beberapa tantangan dan hambatan yang mungkin akan muncul dan perlu diperhatikan agar upaya diplomatik ini dapat berhasil dan tidak menimbulkan atau menghasilkan dampak dampak yang negatif. berikut beberapa tantangan yang banyak didapati dalam menjalankan puppy diplomacy :
1. Keberagaman budaya dan Pandangan agama : tidak semua budaya dan agama menganggap hewan anjing sebagai hewan yang umum dipelihara dan disukai banyak orang. di beberapa negara dan agama, anjing justru dianggap sebagai hewan yang najis dan tabu. sehingga, penggunaan anjing sebagai bentuk diplomasi dapat dianggap tidak relevan dan bahkan dikhawatirkan dapat menyinggung atau menciptakan ketegangan antara belah pihak.
2. Logistik dan Keamanan : membawa anjing antar negara tentu memerlukan beberapa regulasi yang akan memakan waktu cukup lama, seperti persyaratan karantina, sertifikasi Kesehatan dan peraturan impor hewan. selain itu, dalam misi diplomatik dan situasi keamanan yang tinggi, anjing bisa menjadi target sehingga perlu dipastikan anjing tersebut dalam pengawasan yang aman. hal ini menjadi salah satu faktor penting dalam memastikan Kesehatan dan keamanan anjing yang akan berpindah tangan.
3. Resiko kesehatan dan Reaksi emosional : seperti yang telah disebutkan diatas, tidak semua orang menyukai anjing. beberapa individu mungkin memiliki phobia atau merasa tidak nyaman dan terintimidasi dengan adanya hewan tersebut. hal ini dapat menghambat jalannya diplomasi dan dikhawatirkan dapat memperburuk situasi.
4. Keterbatasan jangka Waktu : sebagai salah satu bentuk soft diplomacy yang tentu menciptakan suasana yang lebih bersahabat, efektivitas diplomasi ini bisa dikatakan
cukup terbatas untuk jangka Panjang sehingga dapat menyebabkan upaya diplomasi ini terlihat dangkal dan tidak serius.
5. 5. Isu etika : upaya ini dipertanyakan apakah hewan tersebut diperlakukan dengan baik dan apakah ini merupakan hal yang benar dalam mencapai tujuan politik.
Pertimbangan resiko dan kacamata sensitivitas budaya perlu dan penting direncanakan dengan matang dan diperhatikan dengan cermat dalam menghadapi berbagai hambatan yang mungkin akan muncul. efektivitas dan keberhasilan upaya ini tentu tergantung bagaimana kita mengatasi konsekuensi dan situasi yang ada.
Opini
Di akhir kami sebagai penulis mengenai tulisan ini memberikan opini bahwa tulisan ini sangat dapat menginformasi karena dapat memberitahukan konsep diplomasi yang berbeda yang dimana ini menjadikan diplomasi sedikit lebih ringan dan tidak menimbulkan reaksi konfrontatif dengan menggunakan hewan peliharaan, seperti anjing. Akan tetapi dalam tulisan ini juga tidak dapat diabaikan tantangan serta hambatan dalam menggunakan konsep diplomasi puppy seperti tantangan keberagaman budaya, isu logistik dan resiko kesehatan serta etika dalam mengantarkan hewan tersebut agar sesuai dengan maksud diplomasi hubungan internasional tersebut dapat diidentifikasi dengan baik dan seksama. Hal ini menunjukan bahwa kami sebagai penulis tidak melihat konsep puppy diplomacy dari sisi positif nya saja tetapi kami juga memperhatikan sisi negatif serta tantangan serta hambatan dalam mencapai titik berhasilnya konsep diplomasi tersebut. Kami sebagai penulis ingin bisa lebih dalam mengeksplorasi bagaimana puppy diplomacy dapat berkembang serta beradaptasi dalam situasi negara yang berbeda beda serta lingkungan konflik yang berbeda pula semoga tulisan kami bisa memberikan perspektif yang lebih luas serta bisa menjadi bahan diskusi untuk penelitian selanjutnya.
0 Comments