loading...

Nongski Kuy Vol. 1 “ Kebangkitan Otoritarianisme: Awal Kehancuran Liberalisme?”

Nongski Kuy (Nongkrong, Ngopi, Diskusi, Kuy) merupakan salah satu program kerjakajian Divisi Research and Development HIMAHI FISIP Universitas Brawijaya yang rutin diadakan setiap bulannya. Nongski Kuy menjadi medium diskusi dan tukar opini bagi mahasiswa/i Hubungan Internasional terkait isu-isu yang sedang berkembang atau populer di dunia internasional. Sehingga melalui Nongski Kuy, diharapkan dapat menumbuhkan proses dialektika antara mahasiswa/i Hubungan Internasional.

Pada hari Sabtu, 17 April 2021, Divisi Research and Development HIMAHI FISIP Universitas Brawijaya mengadakan kajian dengan judul ‘Kebangkitan Otoritarianisme: Awal Kehancuran Liberalisme?’ dengan pemateri pertama Bima Nur M.R (Ketua Divisi Research and Development HIMAHI FISIP UB 2020) dan pemateri kedua Bapak Adhi Cahya Fahadayna S.Hub.Int., M.S. (Dosen Prodi HI UB). Kajian diawali dengan pembukaan oleh moderator dan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari pemateri pertama. 

Pemateri pertama memaparkan perihal ancaman bagi demokrasi dan faktor yangmelatarbelakangi peralihan negara demokrasi menjadi otokrasi dan ancaman dengan mengutip data dari V-Dem Institute. Dimana terjadi peningkatan yang signifikan mengenai jumlah masyarakat dunia yang hidup dalam otokrasi dalam kurun waktu 10 tahun (2010-2020). Adapun peningkatan ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang melatarbelakangi perubahan tersebut adalah negara yang beralih dari demokrasi menjadi otokrasi memiliki jumlah penduduk yang besar. Namun, ancaman terbesar bagi demokrasi sesungguhnya adalah populisme. Populisme melukai nilai-nilai demokrasi melalui skeptisisme berlebih terhadap institusi formal(pemerintah), mencoba meredefinisikan “the people” dengan mengabaikan kelompok marjinal dan menyebabkan polarisasi, serta senantiasa menyerang oposisi dan menyusun wacana bahwa setiap kritikan terhadap populisme adalah hoak. Otokrasi juga berkembang, selain karena populisme, sebagai akibat dari perubahan dalam spektrum politik. Kelompok kiri cenderung merangkul kelompok masyarakat marjinal sementara kelompok kanan ingin “melindungi” identitas nasional dan muncul obsesi untuk menjadi patriot negara.

Pemateri kedua memaparkan materi mengenai tantangan demokrasi di Indonesia. Adapuntantangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. A new era of restriction: UU ITE 2008
  2. Illiberal Democracy in Indonesia:
    • Berkembangnya ekstrimisme agama (far-fight movement)
    • Pelanggaran beberapa ideologi, ekspresi politik, dan kebebasan untuk berkumpul berserikat
  3. Ekspresi agama yang tidak wajar menimbulkan Godly Nationalism (didasari oleh pengakuan resmi dan dukungan atas agama monoteistik mayoritas)
  4. Koalisi antara elit sipil dengan kekuatan militer dan presiden dengan kekuatan militer

Setelah pemaparan dari kedua pemateri, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Keaktifan peserta kajian pada sesi tanya jawab menunjukkan antusiasme mahasiswa/i Hubungan Internasional terhadap tema kajian dan topik yang dibawakan oleh kedua pemateri yang pada akhirnya ikut mendorong proses dialektika dalam kajian ini. Nongski Kuy Vol. 1 ditutup dengan closing statement dari kedua pemateri. 

“Demokrasi bukanlah suatu hasil, melainkan suatu proses tanpa henti” –Bima Nur M.R.

“Jangan apatis terhadap politik” –Adhi Cahya Fahadayna 

0 Comments

Leave a comment