loading...

Krisis Iklim Secara Global Yang Dapat Berdampak Pada Mencairnya Es Di Antartika

Perubahan Iklim yang Sedang Terjadi

    Secara umum, perubahan iklim disebut sebagai fenomena pemanasan global, yang mana terjadi peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer dan berlangsung untuk jangka waktu tertentu. Penyebab perubahan iklim dan pemanasan global terdiri dari berbagai faktor yang berbeda serta menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia. Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil. Lalu ada beberapa faktor penyebab perubahan iklim, diantaranya efek gas rumah kaca, pemanasan global, kerusakan lapisan ozon, kerusakan fungsi hutan, penggunaan cloro flour carbon (CFC) yang tidak terkontrol dan gas buang industri. Nantinya, dari perubahan iklim yang terjadi secara terus menerus juga menimbulkan dampak tersendiri bagi kehidupan masyarakat, seperti: curah hujan tinggi, musim kemarau yang berkepanjangan, peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub, terjadinya bencana alam angina puting beliung dan berkurangnya sumber air.

Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Cairnya Es di Antartika

    Antartika mengandung lebih dari setengah air tawar dunia dalam lapisan esnya yang membeku. Dilansir dari Live Science, yang menyatakan jika selama berabad - abad manusia tidak melakukan upaya apa pun dan malah mengirim air itu ke laut secara permanen. Jika pemanasan global dibiarkan terus tanpa terkendali, Antartika akan segera melewati "titik tidak bisa kembali" yang bisa membuat sebuah benua menjadi gersang. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan 23 September di jurnal Nature, Antartika akan bebas dari adanya es untuk pertama kalinya dalam (lebih dari) 30 juta tahun. "Antartika merupakan warisan utama dari masa sebelumnya dalam sejarah Bumi. Sudah ada selama sekitar 34 juta tahun," kata rekan penulis studi Anders Levermann, seorang peneliti di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) di Jerman, dalam sebuah wawancara.

    PIK melakukan studi damapak mencairrnya es di Antartika. Dalam pelaksanaannya para peneliti PIK menjalankan simulasi komputer untuk memodelkan bagaimana Antartika akan terlihat pada ribuan tahun dari sekarang. Ini bergantung pada seberapa tinggi suhu global rata-rata meningkat, sebagai respons terhadap emisi gas rumah kaca modern. Mereka menemukan bahwa, jika suhu rata-rata naik 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celcius) di atas tingkat pra-industri selama periode waktu tertentu, banyak es di Antartika Barat akan meleleh. Menghasilkan 21 kaki (6,5 meter) kenaikan level laut dan kenaikan sebesar itu akan menghancurkan kota-kota pesisir seperti New York, Tokyo, dan London. Para peneliti menyimpulkan kita akan kehilangan Antartika jika perubahan iklim terus berlanjut. Dari simulasi tersebut menunjukkan bahwa setelah es mencair, ia tidak akan tumbuh kembali ke keadaan awalnya, hingga suhu kembali ke tingkat pra-industri, skenario yang sangat tidak mungkin. 

Peran Berbagai Negara dalam Mengatasi Perubahan Iklim

    Ditengah fase nyata imbas dari perubahan iklim, berbagai fenomena yang terjadi di alam telah menunjukan dampak serius dari pemanasan global, seperti turunnya salju di gurun sahara, dan tingginya kecepatan mencairnya es di kutub utara, maupun selatan. Secara global, negara-negara telah berupaya dalam menanggulangi krisis perubahan iklim sejak tahun 2015 pada bulan maret. Untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang ada. Khusuunya kanada yang telah sepakat dalam mngimplementasikan agenda 2030 dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Hal ini diserukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil Tindakan segera dalam memerangi perubahan iklim dan dampak yang akan terjadi kedepannya. Selain itu, setiap negara perlu melakukan upaya dalam mempercepat dan mengintensifkan Tindakan dan invenstasi mereka pada pperubahan iklim.  

    Pada bulan desember di tahun 2015, pihak-pihak dalam konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC)) telah mengadopsi perjanjian paris. Demi mendukung perjanjian tersebut, kanada menyediakan 2,65 miliar (2015--2021) demi membantu negara-negara berkembang yang dapat terkena dampak dan mengatasi perubahan iklim. Ada sekitar 195 negara yang menandatangani perjanjian paris. Yang merupakan pakta paliing penting dalam Kerjasama internasional demi mengatasi perubahan iklim yang terjadi. Negara-negara yang tergabung secara hukum untuk mencapai tujuan puncak hingga tahun 2050 tersebut antara lain The UK, Norwegia, Perancis, dan Selandia Baru.

    Indonesia sendiri telah mengeluarkan kebijakan, yaitu UU Nomor 16 tahuun 2016 tentang pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention on Climate Change. Indonesia juga memiliki target penuruna gas rumah kaca dalam NDC Indonesia, yang mana penurunan emisinya sekitar 29% dengan upaya dalam negara, dan 41% dengan dukungan intrnasional hingga 2030 sesuai dengan apa yang telah dilandaskan.

Peran NGO Dalam Menanggulangi Perubahan Iklim

    Perubahan iklim terus menerus terjadi secara global. Meskipun beberapa negara telah mengambil langkah antisipasi pencegahan, hal tersebut dirasa belum cukum untuk mengurangi penyebab terjadinya perubahan iklim. Hal ini kemudian menarik perhatian masyarakat global dan juga Non-Governmental Organization (NGO) yang ingin berpartisipasi langsung dalam penanggulangan perubahan iklim. Beberapa NGO yang berperan dalam penanggulangan isu kperubahan iklim yaitu EcoNusa, Gren Peace, National Geographic Society , The Nature Conservancy dan masih banyak lagi.  

    Dalam prakteknya NGO memiliki cara penanganan krisis iklim yang berbeda antara satu dengan yang lain. Seperti halnya The Nature Conservancy yang berfokus pada kampanye lingkungan menggunakan media online, seperti blog, media sosial dan aplikasi yang mudah digunakan di era ini. Hal tersebut bertujuan agar lebih mudah menjangkau semua elemen masyarakat, sehingga lebih banyak masyarakat global yang turut serta menjaga lingkungan. EcoNusa juga berpartisipasi dengan cara yang berbeda, yakni dengan melakukan penelitian “perubahan iklim terutama disebabkan tingginya penggunaan plastik sekali pakai”.  Hal ini kemudian di kampanyekan kepada masyarakat global dengan hastag #TolakSekaliPakai. Dengan hasil penelitiannya, EcoNusa memberi saran kepada masyarakat global dalam penanggulangan isu perubahan iklim terutama yang disebabkan oleh tingginya penggunaan plastik sekali pakai.  

    Dengan adanya partisipasi dari NGO, isu lingkungan akan mendapat perhatian dari masyarakat global dan negara. Peran dan dukungan dari NGO sekurang-kurangnya akan membantu negara dalam menanggulangi krisis lingkungan. Jika masyarakat global, negara-negara dan NGO bekerja sama, maka cita-cita untuk menanggulangi perubahan iklimn akan segera terwujud. Bahkan akan tercipta kelestarian lingkungan secara global.

Kesimpulan

Perubahan iklim cenderung disebut dengan adanya pemanasan global (global warming), yang mana dengan adanya efek gas rumah kaca suhu pada lapisan bumi menjadi lebih panas dari suhu normalnya. Antartika adalah sebuah benua yang sewaktu-waktu dapat dengan jelas merasakan dampak dari pemanasan global yang ada. Yang mana apabila global warming tidak segera ditangani bersama, maka menurut perkiraan es pun dapat mencair, yang akan menyebabkan meningkatkan intensitas air laut pada level yang tidak terduga, sehingga dapat menghancurkan beberapa kota-kota pesisir. Beberapa negara pun telah berusaha dalam mengatasi hal ini, hingga mengantisipasi terjadinya dampak yang tidak diinginkan di masa depan, dengan sama-sama berkomitmen Perjanjian Paris, sejak tahun 2015. selain itu, NGO pun turut andil dalam antisipasi pencegahan seperti EcoNusa, Gren Peace, National Geographic Society, The Nature Concerservacy, dan lain sebagainya.


Oleh : HIMAHI  Universitas Slamet Riyadi Surakarta


Referensi


Oktavia Dinda. 2020. "Ilmuwan Peringatkan Pemanasan Global Sebabkan Es Antartika Mencair Permanen". https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/30/193000223/ilmuwan-peringatkan-pemanasan-global-sebabkan-es-antartika-mencair (diakses pada tanggagl 29 0ktober 2021).

Indonesiabaik.id. 2019. “Perubahan Iklim, Faktor dan Dampaknya”. https://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-faktor-dan-dampaknya#:~:text=Secara%20umum%2C%20perubahan%20iklim%20disebut,menimbulkan%20dampak%20bagi%20kehidupan%20manusia. (diakses pada tanggagl 29 0ktober 2021).

Goverment of Canada. 2020. “Climate change in developing countries”. shttps://www-international-gc-ca.translate.goog/world-monde/issues_development-enjeux_developpement/environmental_protection-protection_environnement/climate-climatiques.aspx?lang=eng&_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=nui,sc (diakses pada tanggagl 29 0ktober 2021).

Kompa.com. 2021. “Menilik Berbagai Upaya Indonesia untuk Mencegah Perubahan Iklim”. https://nasional.kompas.com/read/2021/01/29/11430081/menilik-berbagai-upaya-indonesia-untuk-mencegah-perubahan-iklim (diakses pada tanggagl 29 0ktober 2021).

Imperial Collage London. “What are the world’s countries doing about climate change?”. https://www-imperial-ac-uk.translate.goog/grantham/publications/climate-change-faqs/what-are-the-worlds-countries-doing-about-climate-change/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=nui,sc (diakses pada tanggagl 29 0ktober 2021).

Novianti Kurnia. 2013. “Peran NGOs (Non-Govermental Oganizations) Lingkungan dalam Mitigasi Banjir di Praha, Republik Ceko”. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 4, No. 2, Hal. 165-184

1 Comments

Leave a comment