Geoengineering dan Relevansinya di Zaman Modern

Penulis: Mutiara Dania & Weilie Winaldy Sugianlie
Geoengineering dapat didefinisikan sebagai pengambilan karbon dioksida dari atmosfer untuk mengurangi panas yang terperangkap di bumi dan memantulkan lebih banyak sinar matahari dari dunia untuk mengurangi penyerapan panas yang sama. Hal ini juga disebut sebagai “penghilangan karbon” atau “teknologi emisi negatif” yang sebagian besar ahli telah setujui perlu kita lakukan untuk menghindari tingkat pemanasan yang berbahaya. Namun begitu, banyak orang tidak lagi menyebutnya geoengineering untuk membedakan dengan istilah solar geoengineering yang lebih radikal dan lebih ekstrem dalam implementasinya. Sekarang ini, Geoengineering mencangkup banyak hal dengan segala upaya untuk meminimalisasi dampak pemanasan global sekarang, seperti awan buatan, pencerahan langit dari awan-awan, injeksi aerosol ke langit, dan banyak sebagainya. Banyak ahli telah mengatakan bahwa Geoengineering adalah salah satu solusi paling efektif untuk melindungi bumi kita dan mempertahankan kehidupan di bumi lebih lama lagi. Akan tetapi, masih terlalu dini tentunya bagi kita untuk menganggap hal ini sebagai solusi terbaik untuk mengatasi pemanasan global ini.
Geoengineering merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi paling mutakhir yang dapat kita temukan. Hal ini membuat implementasinya di lingkungan cukup luas dan menimbulkan dampak positif bagi lingkungan. Selain itu, geoengineering juga tidak memakan dana yang besar seperti program-program sejenis di zaman sekarang ini. Bayangkan bumi kita yang panas ini dapat disejukan dan juga permasalahan pelik seperti air dan energi yang cukup krusial bagi banyak negara, dapat diselesaikan dengan cara ini. Setidaknya itulah yang para ahli coba promosikan kepada masyarakat dunia. Terlepas dari segala kelebihan dan segala halnya, geoengineering bukanlah solusi sapu jagat yang lepas dari masalah dan kendala di dalamnya. Satu hal yang perlu diketahui adalah geoengineering tidak dapat mengembalikan dan memperbaiki kerusakan yang terlanjur dibuat oleh manusia. Selain itu, geoengineering dapat dikatakan masih belia dan jauh dari kata sempurna sehingga masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut mengingat di dekade dua ribuan awal pengembangan teknologi geoengineering baru saja dimulai. Geoengineering, secara implisit, juga dapat menimbulkan dampak lingkungan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya sebab perubahan secara sengaja terhadap cuaca dan iklim itu sendiri akan mempengaruhi wilayah yang luas dan berpotensi menimbulkan permasalahan baru.
Para ahli di konferensi PBB di United Nations Climate Change Conference (COP23) mengatakan bahwa menimbang situasi yang sekarang dihadapi, geoengineering sepatutnya dijadikan sebagai solusi supplementer yang sifatnya menyempurnakan usaha-usaha dan upaya reduksi gas emisi yang sudah ada sekarang ini dan bukan menggantikannya. Pertimbangan muncul karena ketidakpastian dan efek tidak terlihat dari geoengineering sekaligus masalah lain seperti potensi penguasaan teknologinya ke depan. Salah satu contoh yang bisa kita lihat adalah China yang secara aktif mengimplementasikan sistem modifikasi cuaca yang dapat menurunkan hujan secara terkontrol. Ide ini memang menguntungkan agrikultur dan pertanian China, tetapi negara sekitar, seperti India memprotes akan hal ini karena hujan yang intens di musim yang tidak pas justru berakibat merugikan India dan menimbulkan dampak prematur bagi lingkungan. Tidak hanya itu, proses geoengineering China juga, jika diistilahkan, adalah pencurian awan dari negara sekitar sehingga memperparah lingkungan di negara lain.
Walau memang terlihat program yang ambisius, tidak dapat dipungkiri bahwa geoengineering belum bisa diandalkan sepenuhnya melihat efek samping dan dampak yang ditimbulkannya. Butuh pengembangan lebih lagi untuk setidaknya mengurangi efek dari geoengineering ini dan secara gradual meningkatkan efektivitasnya sebelum pada akhirnya dapat dijadikan sebagai solusi primer dari permasalahan perubahan iklim dan produksi gas emisi di dunia. Selain itu, ancaman penyalahgunaan teknologi ini juga menjadi kekhawatiran terbesar bagi banyak negara di dunia, terutama non-super power dan maka dari itu perlu pendekatan yang menyeluruh dan komprehensif dalam mengadaptasikan geoengineering agar dapat diterima dengan luas.
References
Bracmort, K., & Lattanzio, R. K. (2013). Geoengineering: Governance and Technology Policy. Congressional Research Service. https://sgp.fas.org/crs/misc/R41371.pdf
United Nations. (2018, April 22). Climate engineering is risky, but should be explored, experts say at UN conference. Retrieved March 28, 2022, from https://www.un.org/sustainabledevelopment/blog/2017/11/climate-engineering-risky-explored-experts-say-un-conference/
Shepherd, J. (2012). Geoengineering the climate: An overview and update. Philosophical transactions. Series A, Mathematical, physical, and engineering sciences. 370. 4166-75. 10.1098/rsta.2012.0186.
Sunday Guardian Live. (2020, December 19). China’s geoengineering push dangerous for the region. The Sunday Guardian Live. Retrieved March 27, 2022, from https://www.sundayguardianlive.com/news/chinas-geoengineering-push-dangerous-region
Image Source: https://www.nationalgeographic.com/climate-change/how-to-fix-it/world.html
50 Comments