loading...

Asean 2023: Tantangan ASEAN dalam Mengurangi Kemiskinan dan Ketimpangan di Asia Tenggara

Asia tenggara merupakan wilayah strategis yang menjanjikan berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun. Wilayah ini memiliki sebuah organisasi besar yang merangkul seluruh negara di Asia Tenggara yaitu ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), yang merupakan organisasi kerjasama regional yang terdiri dari 10 negara di kawasan Asia Tenggara berfokus pada geopolitik dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini ASEAN memasuki usia ke 56 tahun sejak diresmikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, namun masih banyak permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi, salah satunya kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh hampir sebagian besar negara yang ada di dunia, umumnya negara berkembang.


World Bank menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di ASEAN mengalami penurunan pada tiga dekade terakhir, meskipun begitu kemiskinan dan ketimpangan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh organisasi kawasan ini, sebab hampir seluruh negara di Asia tenggara adalah negara berkembang dan beberapa negara dapat dikategorikan sebagai negara miskin. Permasalahan ini dapat menjadi tantangan terbesar bagi kawasan ASEAN dalam mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan daya saing serta produktivitas global yang ingin dicapai. Realitas ini menjadi catatan penting pasca tahun emas ASEAN dan perlu ada pemetaan bagi percepatan pengentasan kemiskinan. 


Dalam Southeast Asia Development Symposium (SEADS), Asian Development Bank (ADB) melaporkan bahwa pandemi penyakit virus corona (Covid-19) telah mendorong 4,7 juta orang di Asia Tenggara ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2021, yang menyebabkan hilangnya 9,3 juta pekerjaan,  dibandingkan dengan saat tidak pandemi (Asian Development Bank, 2022). Timor Leste dan Papua Nugini menjadi negara yang memiliki tingkat termiskin tertinggi di kawasan ini. Timor-Leste dan Papua Nugini keduanya memiliki lebih dari 30% dari populasi mereka di bawah garis kemiskinan global $ 1,90. Hampir 75% dari populasi Timor-Leste hidup dengan kurang dari $ 3,20 sehari dan proporsi ini hampir tidak berubah sejak 2010 (Poverty Information, 2020). 


Keadaan sosial di Asia Tenggara sangatlah terlihat ketimpangannya, dimulai dari sektor pendidikan, ekonomi, hingga politik. Kekuasaan dan kenyamanan hanya dimiliki oleh segelintir orang. Sangat banyak masyarakat yang masih kesulitan untuk mengakses pendidikan, bahkan kehidupannya hanya berfokus untuk bertahan hidup karena sulitnya keadaan ekonomi. Di Indonesia, empat orang terkaya memiliki kekayaan lebih banyak dibandingkan 100 juta orang termiskin, dan sekitar 50% kekayaan negara berada di tangan 1% orang terkaya. Di Vietnam, 210 orang super kaya di negara tersebut memiliki pendapatan yang cukup  untuk membantu 3,2 juta orang keluar dari kemiskinan setiap tahunnya. Orang-orang terkaya di negara ini menghasilkan lebih banyak uang dalam satu hari dibandingkan orang-orang termiskin dalam 10 tahun. Kesenjangan yang semakin besar antara kelompok ‘yang punya’ dan ‘yang tidak punya’ tercermin dalam pelaporan kemajuan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Kepala Divisi Penghapusan Kemiskinan dan Gender ASCC Miguel Musngi menuturkan, ketimpangan antara desa dan kota terus berlanjut sehingga menjadi tantangan ASEAN dalam mencapai SDGs pada 2030. 


KTT ASEAN tahun ini memiliki peran penting untuk kembali mendorong negara - negara di Asia Tenggara menyelesaikan permasalahan sosial ini, namun banyak permasalahan lain yang menjadi prioritas KTT tahun ini sehingga masalah kemiskinan dan ketimpangan tidak menjadi pembahasan utama.  ASEAN harus segera kembali berdialog untuk mengatasinya, terlebih Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 juga termasuk sebagai negara yang memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi. Tingkat kemiskinan di Indonesia sangatlah berdampak pada pengentasan kemiskinan di ASEAN, sebab sebagai negara dengan rakyat terbanyak, Indonesia menyumbang hampir setengah populasi di Asia Tenggara. Saat kondisi Indonesia masih tinggi tingkat kemiskinannya, itu juga berarti kawasan ini masih di bawah bayang - bayang kemiskinan. 


Kemiskinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tingkat pendidikan dan kesehatan ketidaklengkapan dan ketidakmampuan individu/masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan dan isu-isu terkait dengan pembangunan manusia (human development). Di Asia Tenggara, sebagian besar masih tergolong dalam kategori negara berkembang. Kemiskinan menjadi masalah umum yang terjadi di kawasan ini. Pada hakikatnya, negara berkembang pasti memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, sebab keadaan sosial serta pertumbuhan ekonomi yang masih cukup rendah untuk menunjang kehidupan masyarakat. 


Isu kemiskinan di ASEAN cenderung kompleks untuk ditangani, karena tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi suatu negara tapi juga beberapa faktor berikut : 

  • Perkembangan politik dalam negeri

Teori politik berpendapat bahwa kemiskinan adalah hasil politik yang disebabkan oleh hubungan kekuasaan dan pilihan kolektif mengenai bagaimana mendistribusikan sumber daya. Kekuasaan dan institusi menghasilkan kebijakan yang menyebabkan kemiskinan. Tantangan bagi ASEAN dalam membantu mengurangi kemiskinan di kawasan ini semakin sulit, sebab keadaan politik masing - masing negara akan mempengaruhi hasil akhir saat konferensi atau diskusi membahas permasalahan ini. 

  • Ancaman resesi global

Keadaan perekonomian dunia saat ini sedang tidak baik - baik saja, akibat pandemi covid-19 serta muncul ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menambah guncangan bagi dunia. Ketegangan antara kedua negara tersebut telah menyebabkan melonjaknya harga komoditas global dan pesatnya laju inflasi di banyak negara. Ancaman resesi sudah mendekati kawasan Asia Tenggara (ASEAN), Thailand dan Singapura menjadi negara yang paling terancam karena besarnya eksposur mereka terhadap perekonomian global. Selain itu negara ASEAN lain pun ikut terancam, sebab ketergantungan mereka terhadap perekonomian Amerika Serikat dan Eropa. 

  • Perubahan iklim

Asia Tenggara  yang berpenduduk 600 juta jiwa dinilai sangat terancam akibat perubahan iklim karena sebagian besar wilayahnya merupakan  pesisir. Selain itu, hampir 43% penduduk Asia Tenggara masih hidup dari pertanian. Suhu udara  bisa mencapai 4,8°C pada tahun 2100, yang berarti kawasan yang sebelumnya berhutan bisa berubah menjadi sabana. Sementara dampak jangka pendeknya adalah produktivitas pertanian bisa turun hingga 50%. Menurut pakar iklim ADB David McCauley, negara-negara Asia Tenggara akan menanggung akibatnya jika mereka tidak segera bersiap untuk menyelesaikan masalah ini. Sebab menurut David McCauley, biaya pemrosesan akan meningkat hingga 6%-7% produk brutto domestik di Asia Tenggara (DW, 2009). Dampak sosial ekonomi dari perubahan iklim diperkirakan  meningkat karena ambang batas sistem yang terlampaui. 

  • Faktor geopolitik 

Geopolitik global berada dalam kondisi yang bergejolak dan berpotensi menimbulkan berbagai guncangan ekonomi yang berdampak global. Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina memperumit situasi geopolitik global karena berdampak pada pasokan dan distribusi energi di beberapa negara. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa guncangan keuangan dan kenaikan biaya hidup akibat tingginya harga minyak global dan beberapa komoditas dapat mendorong 71 juta orang ke dalam  kemiskinan. Melonjaknya harga pangan memberikan beban pada kelangsungan hidup masyarakat, terutama bagi negara-negara Asia Tenggara yang tergolong negara berkembang (Kompas, 2022).

  • Pandemi 

Pandemi Covid-19 membuat pergerakan masyarakat menjadi terbatas, kegiatan seperti belajar-mengajar, bekerja, hingga wisata beralih ke rumah dan dilakukan secara daring. Situasi tersebut berkaitan dengan banyaknya penduduk dunia yang kehilangan pekerjaan. pandemi Covid-19 membuat penduduk miskin dunia diperkirakan bertambah 119 juta-124 juta orang pada tahun 2022. Akibatnya, rasio penduduk miskin dunia meningkat menjadi 9,5 persen dari total penduduk dunia. Ini menjadi tantangan sendiri bagi ASEAN, karena hampir seluruh negara di kawasan ini merupakan negara berkembang yang masih rentan kondisi ekonomi nya. 

Faktor diatas merupakan tantangan utama dalam pengentasan kemiskinan di kawasan ini. 


Negara - negara berkembang seperti di Asia Tenggara ini akan sulit untuk keluar dari kemiskinan, karena sebagian besar masyarakat di kawasan ini terperangkap di lingkaran setan kemiskinan. Menurut Teori Lingkaran Setan Kemiskinan yang dikemukakan oleh Ragnar Nurkse dalam bukunya yang berjudul Problems of Capital Formation in Underdeveloped Countries (1953), permasalahan kemiskinan merupakan akibat akumulasi dari berbagai permasalahan yang berbeda-beda dan mempunyai banyak aspek. Tidak hanya aspek ekonomi saja, namun juga  aspek sosial, budaya, politik, sumber daya manusia (SDM) dan  lainnya. Dalam teori lingkaran setan kemiskinan, rendahnya produktivitas diyakini disebabkan oleh ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan, keterbelakangan, dan  kurangnya modal. Senada dengan pernyataan Nurkse bahwa suatu negara miskin karena negara tersebut miskin. mayoritas masyarakat miskin terjebak dalam lingkaran setan yang tidak pernah berakhir dan hanya akan memperburuk kemiskinan mereka.


Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai organisasi kawasan yang menaungi seluruh negara di kawasan ini harus mendorong usaha masing - masing negara untuk mengentas kemiskinan dan ketimpangan demi mencapai ASEAN Vision 2025 dan SDGs No.1 : No Poverty. ASEAN harus memperkuat strategi pemulihan keadaan ekonomi dan sosial kawasan ini melalui rencana implementasi yang jelas. Masing - masing negara dapat bekerja sama untuk membangun lingkungan kawasan yang kolaboratif untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Semakin banyaknya orang yang mendapat penghasilan dari pekerjaannya, membuat tingkat kemiskinan semakin rendah. Kualitas kehidupan secara umum kian membaik. Selain itu, di dalam negeri dapat dilakukan upaya konvergensi untuk mempercepat penghapusan kemiskinan ekstrem dengan melibatkan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya.




References

ASEAN Secretariat. (2015). ASEAN Community Vision 2025. https://asean.org/wp-content/uploads/images/2015/November/aec-page/ASEAN-Community-Vision-2025.pdf

Asian Development Bank. (2022, March 16). COVID-19 Menambah 4,7 Juta Penduduk Asia Tenggara yang Jatuh dalam Kemiskinan Ekstrem di 2021, namun Negara-negara Siap Pulih Kembali: ADB. Asian Development Bank. Retrieved September 14, 2023, from https://www.adb.org/id/news/covid-19-pushed-4-7-million-more-people-southeast-asia-extreme-poverty-2021-countries-are-well

CNBC. (2022, October 9). Hawa Resesi Terasa di Asia, 2 Negara Ini Bisa Ambruk Duluan! CNBC Indonesia. Retrieved September 16, 2023, from https://www.cnbcindonesia.com/news/20221009112246-4-378267/hawa-resesi-terasa-di-asia-2-negara-ini-bisa-ambruk-duluan

DW. (2009, April 28). Dampak Perubahan Iklim Global Pada Ekonomi Asia Tenggara – DW – 28.04.2009. DW. Retrieved September 16, 2023, from https://www.dw.com/id/dampak-perubahan-iklim-global-pada-ekonomi-asia-tenggara/a-4213227

Huque, A. S. (Ed.). (2021). Handbook of Development Policy. Edward Elgar Publishing.

Kompas. (2020, November 26). Asia Tenggara Paling Rentan Terdampak Perubahan Iklim. Kompas.id. Retrieved September 16, 2023, from https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2020/11/26/asia-tenggara-paling-rentan-terdampak-perubahan-iklim

Kompas. (2022, October 27). Tantangan Berat Pengentasan Kemiskinan Dunia. Kompas.id. Retrieved September 16, 2023, from https://www.kompas.id/baca/riset/2022/10/27/tantangan-berat-pengentasan-kemiskinan-dunia

Kompas. (2023, May 7). Penanggulangan Kemiskinan secara Adaptif dan Berkelanjutan Dirumuskan. Kompas.id. Retrieved September 16, 2023, from https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/07/menanggulangi-kemiskinan-di-asean-dengan-penanganan-adaptif-dan-berkelanjutan

Poverty Information. (2020, July 1). Kemiskinan di Asia Tenggara: Negara Berpenghasilan Menengah Bawah. Povertyinformation. Retrieved September 14, 2023, from https://www.povertyinformation.org/kemiskinan-di-asia-tenggara-negara-berpenghasilan-menengah-bawah/

Southeast Asia's widening inequalities. (2018, July 17). The ASEAN Post. Retrieved September 16, 2023, from https://theaseanpost.com/article/southeast-asias-widening-inequalities

SUCI. (2018). BURUH TANI DI BEKAS LAHAN SENDIRI DALAM LINGKARAN KEMISKINAN DAN EKSPLOITASI.

Sudarmo. (2021). Kemiskinan dari Segi Politik.

Yap, J. T. (n.d.). Addressing Inequality in Southeast Asia through Regional Economic Integration.


0 Comments

Leave a comment