loading...

ANALISIS KEPENTINGAN MAROKO KEMBALI BERGABUNG DENGAN UNI AFRIKA DARI PERSPEKTIF EKONOMI

Selvia Yatri

International Relations Student, Andalas University


ABSTRAK
Pada tanggal 31 Januari 2017 berita bergabungnya kembali Maroko ke Uni Afrika adalah berita yang cukup mengejutkan dunia karena sebelumnya Maroko selama 3 dekade lebih menolak untuk bergabung kembali dengan Uni Afrika setelah keluar pada tahun 1984 dari AOU terkait dengan konflik tentang wilayah kedaulatan Sahara Barat atau Republik Demokrat Arab Sahrawi (RDAS) yang belum terselesaikan hingga kini. Sehingga, bergabungnya Maroko tanpa syarat dengan Uni Afrika ini menjadi suatu isu yang menarik untuk dianalisis mengenai kepentingan Maroko dari perspektif ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan literature review. Teori yang penulis gunakan untuk menganalisis isu ini adalah pendekatan rasionalisme dan perspektif ekonomi dengan konsep kepentingan nasional, integrasi ekonomi dan interdependency. Hasil yang didapat adalah kepentingan ekonomi Maroko untuk bergabung kembali dengan Uni Afrika untuk memperluas pangsa pasar dan pertumbuhan ekonomi serta mengurangi transaction cost untuk mengukuhkan eksistensi Maroko dalam memuluskan kepentingan ekonomi dan diplomatisnya di Uni Afrika.
Kata Kunci: Maroko, Uni Afrika, Kepentingan nasional, Interdependency, Regionalisme, Ekonomi. 


Introduction

        Pada tahun 1984, Raja Hassan II memutuskan Maroko keluar dari keanggotaan OAU yang saat ini bertransformasi menjadi Uni Afrika menyusul konflik berkepanjagan akan status kedaulatan wilayah Saraha Barat atau yang sekarang lebih dikenal dengan Republik Demokrat Arab Sahrawi (RDAS). Yang mana pada saat itu Maroko merasa bahwa Uni Afrika tidak mendukung posisinya terhadap wilayah Sahara Barat dengan disetujuinya Sahara Barat menjadi negara berdaulat melalui hasil referendum menjadi Republik Demokrat Arab Sahrawi yang kemudian disetujui pula bergabung dalam Uni Afrika. Namun, pada tanggal 31 Januari 2017 Maroko yang saat ini dalam masa pemerintahan Raja Mohammed VI telah resmi kembali bergabung dengan Uni Afrika setelah melakukan upaya untuk kembali sejak tahun 2016 yang lalu. Keputusan ini diresmikan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-28 negara-negara Uni Afrika di Addis Ababa, Ethiopia. Melalui keputusan ini sekaligus membuat Maroko menjadi negara ke-55 yang bergabung dengan Organisasi Regional di Benua Afrika ini. Dengan demikian negara keanggotaan Uni Afrika juga secara resmi meliputi semua negara-negara di Benua Afrika saat ini. Kebijakan Luar Negeri baru Maroko untuk bergabung kembali dengan Uni Afrika dan keputusan Uni Afrika untuk menerimanya kembali dapat dinilai sebagai suatu hal yang mengejutkan karena secara kontekstual masalah Kedaulatan Republik Demokrat Arab Sahrawi yang masih merupakan anggota UA dan konflik itu sebenarnya belum selesai hingga saat ini. Selain itu, keinginan bergabungnya Maroko ini tidak diikuti oleh prasyarat tertentu yang berarti untuk saat ini status Kedaulatan Republik Arab Sahrawi bukan menjadi prioritas utama dari Maroko. Uni Afrika pun tampak positif bahwa bergabungnya Maroko ini tidak akan menyebabkan perpecahan di dalam Organisasi namun merupakan bentuk penguatan Benua Afrika secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari pernyataan beberapa kepala negara anggota Uni Afrika lainnya seperti Presiden Senegal Macky Sall menyatakan pada media VOA bahwa semakin banyak yang berkonstribusi untuk memajukan Uni Afrika akan semakin baik.1 Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan dan merupakan suatu isu yang menarik untuk dibahas mengenai kepentingan apa yang sebenarnya yang dimiliki Maroko sehingga kemudian memilih bergabung kembali dengan organisasi yang dulu pernah mereka anggap tidak mendukung kepentingan nasional mereka. Dalam hal ini penulis melihat bahwa terdapat banyak pertimbangan yang dimiliki Maroko baik itu dari perspektif politik, sosial dan ekonomi. Namun, dalam paper ini penulis ingin menganalisis kepentingan Maroko tersebut dari perspektif ekonomi. Ini juga agar dapat menjawab alasan mengapa saat ini organisasi regional merupakan suatu badan yang krusial dalam sistem internasional dan mengalisis kepentingan negara untuk bergabung dengan organisasi internasional kawasan.


Research methods

        Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan paradigma penelitian literature review menggunakan data dari buku-buku, jurnal-jurnal, websites dan berita yang valid. Penulis juga melakukan analisis data tersebut menggunakan pendekatan rasionalisme atau perspektif liberal-realisme atau yang biasa dikenal dengan English School dan menggunakan pendekatan perspektif ekonomi seperti konsep national interest, interdependency dan konsep integrasi ekonomi dalam menganalisis kepentingan Maroko kembali bergabung dengan Uni Afrika.

Basic Theory and Concepts

Rationalism Approach

        Ada beberapa pendekatan dalam literatur Ilmu Hubungan Internasional yang dapat menjelaskan alasan negara bergabung dengan organisasi internasional. Salah satunya adalah pendekatan Rasionalisme. Pendekatan ini secara garis besar berdasarkan rasionalitas manusia yang mana aktor-aktor dalam sistem internasional dianggap selalu berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya. Paham ini dianggap merupakan jembatan antara realisme dan liberalisme yang menyeimbangkan antara keduannya yang mana menganalisis masyarakat internasional sebagai objek utamanya.2 Perspektif ini percaya bahwa negara-negara bangsa dapat bekerja sama di level Internasional walaupun mereka tidak menafikan adanya sistem yang anarki. Perspektif Raionalisme juga sering dikaitkan dan dinilai mirip dengan perspektif liberalisme institusional namun perspektif ini melihat organisasi internasional sebagai sarana regulasi dengan jalan damai bukan mengharuskan negara-negara bergabung namun negaralah yang memilih akan bergabung dengan organisasi internasional atau tidak tergantung pada kepentingan yang ingin mereka maksimalkan. Dengan begitu negara bekerjasama karena mereka melihat manfaat dari bergabungnya mereka dalam institusi internasional tertentu dan ini dapat dari berbagai sektor baik itu politik maupun ekonomi dan keamanan. Negara tidak akan bekerja sama apabila mereka melihat tidak ada manfaat yang diperoleh dari kerja sama tersebut dan sebaliknya akan bekerja sama apabila kepentingannya dapat tercapai. Karena itu, organisasi internasional menyediakan berbagai kelebihan bagi negara untuk mencapai kepentingannya.3 Dari konsep pendekatan ini kita sudah dapat melihat bahwa terdapat manfaat dan kepentingan tertentu yang ingin dicapai oleh Maroko dalam bergabungnya mereka ke Uni Afrika begitu pula sebaliknya.

National Interest

            Suatu strategi diplomasi dan kerjasama apapun harus didasarkan pada kepentingan nasional suatu negara. Negara pun bergerak dalam lingkup kepentingan nasionalnya. Morgenthau menyatakan bahwa kepentingan nasional akan membentuk perilaku negara. Konsep national interest ini dibagi oleh Donal E. Neuechtterlin menjadi empat dasar interest yang yang menjadi landasan dari kerjasama dan hubungan antar negara, diantaranya:

a. Kepentingan Ekonomi (Economic Interest), yaitu suatu interest pemerintah didalam meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain.

b. Kepentingan Tata Internasional (World Order Interest), yaitu interest untuk mewujudkan atau mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya

c. Kepentingan Pertahanan (Military Interest), yaitu adanya interest untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politiknya dari ancaman negara lain.

d. Kepentingan Ideologi (Ideology Interest), yaitu suatu interest untuk mempertahankan atau melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain.4

            Bila kita perhatikan dari pembagian kepentingan yang mendasari suatu negara bekerja sama. Kepentingan Ekonomi dan Kepentingan Tata Internasional untuk mewujudkan peningkatan perekonomian serta membangun sistem politik dan ekonomi yang menguntungkan bagi negaranya merupakan national interest yang sangat signifikan terlihat dalam masuknya kembali Maroko dalam Uni Afrika ini.

Interdependency

            Pada dasarnya konsep ini mengkaji tentang dunia internasional yang memiliki ketergantungan satu sama lain. Negara-negara tidak mampu untuk hidup sendiri dan membutuhkan negara lain untuk bertahan di sistem internasional yang anarki. Dapat kita lihat bahwa Maroko sebelum tahun 2017 merupakan satu-satunya negara di Benua Afrika yang belum bergabung dengan Uni Afrika. Konsep ini sangat erat kaitannya dengan ekonomi suatu negara terutama negara dunia ketiga seperti negara-negara di Uni Afrika membutuhkan sokongan dan kerjasama ekonomi baik kepada sesama negara anggota maupun dengan negara di luar Uni Afrika. Fakta bahwa Uni Afrika memiliki berbagai kerjasama bilateral dan multilateral dengan negara-negara anggota maupun di luar Uni Afrika seperti Common Market for East and Southern Africa (COMESA), Economic Community of WestAfrican States (ECOWAS), Southern Africa Development Community (SADC), Economic Community of Central African States (ECCAS), Deep and Comprahensive Free Trade Area (DCFTA) antara Uni Afrika dan Uni Eropa juga menjadi indikasi bahwa Uni Afrika memiliki potensi ekonomi yang dapat diperhitungkan apalagi menjawab kemungkinan semakin terintegrasinya dunia di masa depan dapat menjadi alasan dan faktor yang membuat bergabungnya Maroko dengan Uni Afrika adalah sesuatu yang sangat wajar dilihat dari sisi ekonominya.

Economic Integration

          Integrasi ekonomi merupakan proses yang mencakup bentuk adanya penghapusan diskriminasi atau hambatan ekonomi oleh negara. 5 Sedangkan menurut United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD) 2006, integrasi ekonomi adalah kesepakatan yang dilakukan sebagai wadah dalam melakukan perdagangan internasional dan pergerakan faktor produksi lintas batas negara. Secara umum yang dimaksud dengan integrasi ekonomi ialah proses penyatuan atau proses yang melibatkan dimana terjadinya perpindahan barang atau jasa maupun penanaman modal/investasi yang dilakukan antar negara dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara tersebut.6Uni Afrika sendiri sedang dalam tahap membentuk suatu integrasi ekonomi penuh dengan mencontoh Uni Eropa. Diperkirakan bahwa Uni Eropa akan meluncurkan mata uang bersama Bernama ECO pada tahun 2027 serta adanya FTA dan PTA serta mobilitas bergerak dimasa depan. Sehingga dengan bergabungnya Maroko yang melihat potensi kerjasama yang menguntungkan.

Regionalism

            Regionalisme adalah dinamika interaksi aktor negara maupun non negara dalam suatu kawasan yang memiliki basis basis kedekatan kognitif dalam basis kedekatan region, dengan melahirkan suatu kebijakan atau peraturan dalam bentuk interaksinya untuk mencapai integrasi sebagai upaya mencapai stabilitas. Dalam perkembangannya, gelombang perkembangan regionalisme terjadi dalam dua tahap yaitu old regionalism yang menitikberatkan pendekatan secara rasional politik dan keamanan dengan tujuan menghindari perang. Lalu berkembang menjadi new regionalism dengan menambahkan pendekatan konstruktivis yang fokus pada isu-isu low politics karena pengaruh berakhirnya perang dingin yang mengancam keamanan dan kestabilan negara dalam berbagai ruang lingkup seperti identitas, budaya, ideologi, politik dan ekonomi. Regionalisme lahir sebagai bagian dari tingkatan level analysis dari rendah ke tinggi yaitu nasional - regional - internasional. Pendekatan pendekatan umum yang digunakan dalam regionalisme yaitu dalam ruang lingkup keamanan, ekonomi, politik, dan sosial.


Discussions

Keluarnya Maroko dari OAU pada Tahun 1984

        Organization of African Unity (OAU) yang pada saat itu merupakan organisasi regional di kawasan Afrika yang didirikan oleh 32 negara pada tanggal 25 Mei 1963 di Addis Ababa. Salah satu dari 32 negara penggagas saat itu adalah Maroko. Namun setelah 21 tahun, Maroko memutuskan untuk keluar dari OAU pada 1984 karena adanya konflik dengan kedaulatan wilayah Sahara Barat yang saat itu diterima oleh OAU sebagai suatu entitas negara baru disebut sebagai Demokrat Republik Arab Sahrawi padahal Maroko percaya bahwa Sahara Barat secara historis adalah wilayah territorial mereka. Konflik ini menjadi konflik berkepanjagan yang belum terselesaikan bahkan hingga sekarang.

        Sehingga ini menyebabkan merenggangnya hubungan diplomatik antara Maroko dengan negaranegara OAU di benua Afrika karena Maroko menganggap bahwa OAU tidak berada di pihaknya. Untuk mengatasi konflik saat itu OAU mengadakan referendum untuk wilayah Sahara Barat ini namun ternyata hasil yang menyatakan bahwa Sahara Barat dengan kelompok Polisario yang ingin memerdekakan diri. Ditambah dengan intervensi dari negara lain yaitu Aljazair yang mendukung kemerdekaan Sahara Barat dan memasukkannya sebagai entitas sebuah negara ke OAU yang ditanggapi dengan positif pula oleh OAU yang menyebabkan Maroko naik pitam kemudian memilih hengkang dari keanggotaan OAU dan lebih memilih banyak bekerja sama dengan negara-negara Uni Eropa.

Keadaan Perekonomian Maroko

            Wilayah territorial Maroko adalah salah satu yang paling strategis di dunia karena merupakan wilayah transit dan titik pertemuan antara benua Afrika dan benua Eropa. Selain itu, Maroko juga adalah negara penghasil fosfat terbesar di dunia dan memiliki sumber daya alam yang kaya. Selain faktor ekspor dan tambang perekonomian di Maroko berasal dari pertanian dan karena Maroko adalah negara maritim sehingga menjadi nelayan adalah mata pencarian yang umum disana dan penyumbang terbesar untuk devisa negara. Tahun 1990-an akhir dari perang dingin namun pada saat itu negara-negara di Afrika mengalami krisis selain karena memang krisis moneter dunia juga karena saat itu banyak terjadi konflik dan perang yang membahayakan kawasan. Sehingga Maroko yang saat itu dipimpin oleh Raja Hassan II memilih untuk mendekatkan diri dengan Uni Eropa setelah keluar dari OAU. Kerja sama Ekonomi antara Maroko dan Uni Eropa selama masa-masa keluarnya Maroko dari Uni Afrika meningkat hingga mencapai lebih dari 60% dari keseluruhan ekspor Maroko dengan Perancis dan Spanyol sebagai penerima terbesar barang-barang Maroko sedangkan untuk perdagangan ke Kawasan Afrika hanya mencapai 8,8% dari total ekspor keseluruhan Maroko. Ini menyebabkan Maroko mengalami ketergantungan yang berlebihan pada pasar Eropa sehingga saat krisis global tahun 2008 terjadi krisis ekonomi juga langsung menimpa negara ini. Akibatnya Maroko mengalami perlambatan ekonomi pada tahun 2009 menjadi 4.3% dari tahun-tahun sebelumnya. Belum lagi penggunaan pupuk fostat yang ikut menurun membuat perekonomian di Maroko terpuruk karena fosfat adalah pendorong ekspor bagi Maroko. Stagnansi ekonomi pada masa itu dapat dilihat dari grafik berikut:  

Gambar 1: Pertumbuhan Ekonomi Maroko 2008-2018

Sumber: World Bank Data

        Dari tabel kita dapat lihat bahwa pada tahun 2009 selalu terjadi penurunan terutama pada tahun 2016 terjadi penurunan yang tajam yang pada saat itu adalah tahun Maroko melakukan upaya pengajuan bergabung kembali dengan Uni Afrika. Dan pada tahun 2017 kembali mengalami kenaikan. 

Gambar 2: Pertumbuhan GDP Maroko dari 2009-2016 

Sumber : CEICDATA

        Dari data ini juga dapat dilihat bahwa pendapatan perkapita di Maroko pun menurun sebagai akibat dari perekonomian yang lesu pada tahun krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh dunia terutama negara-negara barat itu. Ketergantungannya pada Uni Eropa telah menjadi boomerang tersendiri untuk Maroko yang pada akhirnya harus mencari pasar baru yang mampu menaikkan kembali perekonomian mereka dan salah satunya targetnya adalah Uni Afrika.

Kerjasama Bilateral dan Multilateral Maroko di Kawasan Afrika Pasca Keluar dari Keanggotaan Uni Afrika

        Walaupun telah keluar dari OAU pada 1984, Namun ternyata hal ini tidak membuat Maroko benarbenar berhenti bekerja sama dengan negara-negara lainnya di benua Afrika karena kenyataannya walaupun sudah bukan bagian dari OAU lagi pada masa itu namun kerjasama tetap terjalin secara bilateral dan multilateral hanya saja tentu saja tidak seefektif sebelumnya karena konflik antara Maroko dan Aljazair masih terjadi. Fakta bahwa Maroko masih bekerjasama dengan negara-negara di benua Afrika adalah salah satu contoh nyata dari interdependency itu sendiri. Mau bagaimanapun Maroko tetap harus melakukan perdagangan internasional untuk tetap relevan dan bertahan di sistem internasional sedangkan kerjasama dengan Eropa tentu tidak mampu mengakomodir semua sektor ekonomi lainnya di Maroko sehingga kerjasama ekonomi cenderung akan tetap dilakukan walaupun negara tersebut berkonflik secara politik dan territorial contonnya seperti yang dilakukan Tiongkok dan India di Lembah Galwan.

        Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa krisis moneter yang melanda dunia menyebabkan lesunya perekonomian dari Maroko yang menyebabkannya mencari pasar baru yang potensial. Sehingga dikeluarkannya kebijakan oleh Maroko berupa peningkatan demand dan daya beli domestik dan kebijakan South-south cooperation agar terciptanya perdagangan dan investasi di kawasan Afrika yang lebih baik dan intens. Walau banyak berkonflik namun Kawasan Afrika saat ini Afrika menjelma menjadi kawasan yang lebih bersahabat baik dalam iklim bisnis maupun investasi, sehingga mendorong beberapa negara di dunia termasuk Maroko untuk mulai meningkatkan volume perdagangan dan menanamkan modal di kawasan Afrika. Dalam mencapai peningkatan perdagangan dan investasi dibutuhkan kesepakatan antar mitra dagang, dalam hal ini seperti PTA, FTA, maupun lainnya. Selain itu, salah satu kebijakan Maroko yang memiliki ikatan budaya dan komersial yang telah berlangsung lama dengan negara-negara tetangganya di Afrika Barat. Kebijakan Maroko di Afrika Barat ini menjadi strategi geopolitik Maroko di mana infrastruktur baru dapat membuka peluang bagi pembangunan ekonomi, dengan Maroko sebagai pusat integrasi dan perdagangan di kawasan ini.7 Namun hal ini tidak dapat dicapai dengan maksimal tanpa masuknya Maroko ke Uni Afrika terlebih lagi Maroko sebagai pihak luar harus bersaing dengan negara lainnya yang menargetkan Afrika sebagai pasar seperti Tiongkok dan Brazil padahal Maroko berada di kawasan yang sama. Karena itulah dilakukan upaya oleh Raja Mohammed VI untuk Maroko kembali bergabung dengan Uni Afrika.

Upaya Maroko Kembali Bergabung dengan Uni Afrika Tahun 2016

        Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa bahkan setelah keluar dari Uni Afrika selama 30 tahun lebih tidak membuahkan hasil yang diharapkan oleh Maroko yaitu mendapatkan kembali wilayah Sahara Barat. Selain itu ini juga malah berdampak pada perekonomian Maroko yang melemah pasca terjadinya pelemahan perekonomian Uni Eropa sehingga Maroko sulit mendapatkan pasar. Sehingga dapat dikatakan strategi keluarnya Maroko dari Uni Afrika adalah strategi yang gagal. Karena pada dasarnya, absennya Maroko di Uni Afrika malah telah melemahkan posisi Maroko sendiri baik regional maupun internasional.

        Dengan hengkangnya Maroko dari Uni Eropa malah memberikan kesempatan Aljazair dan Negara anggota lainnya seperti Afrika Selatan untuk mengontrol lajunya Organisasi regional ini menurut kepentingan masing-masing. 8Hal inilah yang dilihat Raja Mohammed VI sebagai sesuatu yang harus segera diatasi. Karena itu beliau pun pada tahun 2016 melakukan segala upaya untuk memasukkan kembali Maroko ke jajaran negara anggota tetap Uni Afrika. Walaupun ini berarti secara langsung atau tidak langsung Maroko mengakui kemerdekaan dari Sahara Barat atau Republik Demokrat Arab Sahawi dan mengakuinya sebagai negara berdaulat kemudian duduk dalam kondisi yang setara. Padahal harga diri dari Maroko selama ini tidak membiarkan itu terjadi. Namun mau tak mau Maroko harus mulai menurunkan egonya untuk kepentingan yang lebih urgent dan penting dibandingkan konflik territorial yaitu masalah ekonomi. Walau tidak secara eksplisit menyatakan bahwa sebenarnya Maroko masih mencoba mengklaim wilayah Sahara Barat namun setidaknya selama masa pengajuan menjadi anggota kembali Maroko sama sekali tidak memberikan syarat apapun terkait dengan kedaulatan Saraha Barat dan Uni Afrika juga mencoba berhati-hati untuk tidak menyinggung hal tersebut dan menyatakan bahwa seluruh negara-negara di benua Afrika adalah bersaudara dan keluarga. Secara garis besar proses masuknya kembali Maroko tidak sulit namun juga bukan berarti mulus begitu saja. Pada tanggal 15 Juli 2016 Maroko melakukan kunjungan ke Kenya dalam rangka keinginan Maroko untuk bergabung tanpa syarat. Pertemuan ini diwakilkan oleh Mentri Luar Negeri Maroko Taib Fahsih Fihrih. Setelah itu Maroko juga mengunjungi Senegal, Sudan, Mesir, Ethiopia, Libya dan negara-negara di Afrika lainnya khususnya di Afrika bagian barat. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari negara anggota Uni Afrika. Dan membangun hubungan diplomatik dengan Afrika Barat dan Afrika Tengah.

            Saat Maroko merasa dukungan yang dimiliki sudah cukup maka kemudian Maroko mengirimkan surat dari deklarasi Raja Mohammed VI untuk bergabung kembali dengan Uni Afrika yang mana surat tersebut diterima oleh African Union Submit di Kigali, Rwanda pada 17 Juli 2016.

            Setelah mengalami berbagai proses selama lebih kurang 6 bulan maka pada tanggal 31 Januari 2017. Permintaan Maroko tersebut dikabulkan oleh Uni Afrika saat Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa di Addis Ababa berdasarkan hasil voting dengan suara 39 dari 54 negara anggota Uni Afrika menginginkan Maroko kembali bergabung dengan Badan Regional di Afrika tersebut mengukuhkan secara resmi Maroko sebagai bagian dari Uni Afrika setelah 33 tahun terpisah. Ratifikasi dari Konstitusi Uni Afrika oleh Maroko pada 24 Januari 2017. Dengan bergabungnya Maroko membuat Uni Afrika secara resmi memiliki anggota yang ke-55 yang berarti telah mencakup seluruh wilayah benua Afrika.

Kepentingan Ekonomi dalam Kebijakan Maroko dan Uni Afrika Pasca Bergabung Kembali

            Setelah kembali bergabung, Maroko secara aktif menandatangani proyek infrastruktur, kerja sama ekonomi dan pembangunan serta kerja sama dalam bidang agrikultur. Disini terlihat bahwa Maroko ingin menciptakan lingkungan perdagangan internasional yang stabil bagi dirinya sendiri dengan negara anggota Uni Afrika. Kepentingan yang paling mencolok dari berbagai kebijakan Maroko dan Uni Afrika pasca bergabung kembali memang adalah market expantions. Pertumbuhan penduduk masyarakat Afrika yang cepat dan mulai berkembangnya infrastruktur dan sumber daya manusia yang banyak dilihat oleh Maroko menjadi suatu potensi yang harus mereka manfaatkan sebaik mungkin karena setelah lesunya kegiatan ekspor dan impor ke benua Eropa, Afrika walau memang belum sebesar dan semaju pasar bebas di Eropa namun memiliki potensi yang besar di masa depan. Dengan adanya FTA membuat terbukanya peluang untuk berdagang sebebas-bebasnya bagi Maroko di Benua Afrika untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi mereka mengingat bahwa semua negara di Afrika bergabung dengan Uni Afrika. Selain itu, posisi Maroko sebagai investor kedua terbesar di Afrika akan mengurangi biaya transaksi (transaction cost) bagi Maroko untuk memuluskan strategi diplomatiknya dengan negara-negara di Uni Afrika untuk kepentingan-kepentingan lainnya dimasa yang akan datang seperti kepentingan politik, keamanan maupun penyelesaian konflik yang belum kunjung selesai dengan Republik Demokrat Arab Sahrawi. Dengan menggunakan metode kerjasama ekonomi ini juga akan menguntungkan Uni Afrika secara finansial dan politik. Selain itu, bergabungnya Maroko akan membuka kerjasama yang lebih besar di level internasional seiring dengan pengaruh mereka pada perekonomian, politik dan diplomasi di Uni Afrika. Bergabungnya kembali Maroko ini memang memberikan dampak positif pada perekonomian mereka dapat dilihat dari grafik berikut: 

Gambar 3: Pertumbuhan Ekonomi dan GDP Maroko setelah bergabung dengan Uni Afrika

Sumber : Tradingeconomics.com

            Dari grafik histogram diatas bahwa setelah tahun 2016 perekonomian Maroko yang stagnan dan cenderung menurun terus mengalami kenaikan yang sangat pesat pada tahun-tahun berikutnya setelah bergabungnya Maroko dengan Uni Afrika pada tahun 2017. Kejatuhan ekonomi baru dirasakan kembali setelah tahun 2020 yang mana saat itu dunia mengalami pandemi Covid-19 yang tentu memang mempengaruhi arus perekonomian seluruh negara di dunia namun itu terlihat dapat diatasi Maroko dengan baik dengan terus bertumbuhnya angka GDP setelah tahun 2020 ke tahun 2022 saat ini.

Conclusion

            Pada dasarnya hubungan antar negara baik bilateral maupun multilateral adalah berdasarkan kepentingan nasional maupun kepentingan bersama. Baik itu kepentingan politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun kepentingan keamanan. Kepentingan ini juga merupakan indikasi serta patokan suatu negara berperilaku dan inilah yang menjadi tolak ukur suatu negara dalam mengambil keputusan. Dalam kasus bergabungnya Maroko kembali ke Uni Afrika tentu memiliki kepentingan yang ingin di capai baik itu kepentingan nasionalnya maupun kepentingan bersama sebagai negara anggota Uni Afrika.

             Disini kita dapat melakukan analisis dari perspektif ekonomi bahwa Maroko memang memiliki kepentingan ekonomi yang cukup besar di benua Afrika menghadapi tantangan pasar global yang berkembang pesat dan sulitnya pasar Eropa. Uni Afrika memang adalah ladang yang bagus untuk melakukan perdagangan internasional. Dan terbukti bahwa bergabungnya Maroko ke Uni Afrika membuka peluang pasar dan kerja sama yang lebih besar yang kemudian berdampak pada pertumbuhan ekonomi di negara itu. Walaupun dapat dikatakan bahwa Uni Afrika adalah organisasi regional yang baru saja berkembang dengan kebanyakan negara anggota dunia ketiga namun tetap menunjukkan adanya pertumbuhan yang signifikan dalam perekonomiannya sehingga ini juga membuktikan bahwa integrasi ekonomi memang berdasarkan asas saling menguntungkan yang didorong oleh kepentingan nasional yang ingin dicapai oleh negara anggota yang bergabung dengan organisasi internsional dan kawasan.






References

Balassa, Bela. The Theory of Economic Integration, (Illinois, R.D. Irwin, 1961) hal 174.

Ceicdata. GDP of Morocco. 2009-2016. https://www.ceicdata.com/id/indicator/morocco/gdp-per-capita

Fund of the United States. Hal. 07. tersedia dalam:www.gmfus.org/publications

Lamy, S. Contemporary Mainstream Approaches: Neo-realism and Neo-liberalism. Dalam: J. Baylis, S. Smith & P. Owens, eds. The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.2014

Larramendi, Hernando de et all. The Return of Morocco to the African Union. IEMed Mediterranean Yearbook 2017, hlm. 229-232.

Lesser, Ian.O dkk. 2012. “Morocco’s New Geopolitics A Wider Atlantic Perspective”, Washington DC: The German Marshall

Neuectterlein, E Donal. The Concept Of International interest, A Time For New Approach, Orbis: A Journal Of World Affair, No. 1, 1979.

Tradingeconomic. GDP of Morocco. 2012-2022. https://tradingeconomics.com/morocco/gdp

United Nation Conference on Trade and Development. Economic Integration. 2006

VOA. “Uni Afrika Terima Kembali Maroko Setelah 33 Tahun”. 1 Februari 2017. https://www.voaindonesia.com/a/uni-afrika-terima-kembali-maroko-/3700691.html

Wardhani, Baiq. Rationalism – English School of Thought, materi disampaikan pada kuliah Teori Hubungan Internasional, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga. 10 April 2014.

World Bank Data. Economic Growth of Morocco. 2008-2018. https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG?end=2020&locations=MA&start=2000&view=chart 

0 Comments

Leave a comment