Alasan Dibalik Gagalnya Liga Arab Menangani Konflik Palestina-Israel

Liga Arab atau Arab League adalah sebuah
organisasi yang terdiri dari negara-negara Arab. Organisasi ini didirikan pada
22 Maret 1945. Liga Arab juga disebut sebagai rumah bagi negara-negara dengan
culture Arab yang berada di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sejak dibentuknya
Liga Arab jumlah anggotanya terus bertambah hingga saat ini. Saat ini
anggotanya berjumlah 22 negara, yang terdiri dari: Aljazair, Bahrain, Komoro,
Djibouti, Mesir, Irak, Yordania, Quwait, Lebanon, Libia, Mauritania, Maroko,
Oman, Palestina, Qatar, Arab Saudi,Somalia, Sudan, Suriah, Uni Emirat Arab,
Yaman, dan Tunisia. Sebagai salah satu alasan terbentuknya organisasi regional
ini adalah agar dapat menjadi penengah untuk perselisihan yang terjadi diantara
negara anggotanya, atau bahkan jika ada pihak ketiga yang terlibat. Melihat
fungsi Liga Arab selain sebagai organisasi untuk mempererat persahabatan antara
bangsa Arab, Liga Arab juga berfungsi sebagai organisasi yang berupaya untuk
memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih terjajah atau mencegah
berdirinya negara Yahudi di Palestina.
Namun ketika melihat konflik yang berlarut-larut terjadi antara Palestina dan
Israel dan semakin memanas. Dimana konflik tersebut merupakan konflik
terpanjang setelah perang salib, yang diawali pada tahun 1979 hingga saat ini.
Sejarah konflik di Timur Tengah berawal dari penolakan Arab terhadap gerakan
Zionisme dan pendirian negara Israel di wilayah yang diklaim Arab sebagai milik
bangsa Palestina. Konflik antara Israel dan Palestina selama beberapa pekan
terakhir kembali memanas, yang dikarenakan Israel memblokir tempat berkumpul
orang-orang Palestina untuk bersosialisasi saat berbuka puasa. Insiden
tersebut mengakibatkan bentrok selama beberapa pekan sebelum Israel mencabut
perbatasan. Kendati demikian, bentrok kembali terjadi dalam beberapa hari
terakhir karena Israel mengancam akan melakukan penggusuran terhadap puluhan
warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah. Dampak dari serangan udara dan
penembakan artileri oleh Israel menghancurkan hampir 17.000 rumah dan bangunan
bisnis, 53 sekolah, 6 rumahsakit, 4 masjid, dan 50 persen infrastruktur pasokan
air Gaza. Tak hanya itu, serangan juga menyebabkan 800.000 orang tidak memiliki
akses reguler ke air bersih. Selain kerugian finansial, korban jiwa adalah yang
paling memilukan,dimana serangan Israel menewaskan sedikitnya 248 warga
Palestina, termasuk 66 anak-anak.
Liga
Arab dipandang sebagai Organisasi yang gagal mencapai tujuan atau cita-cita
organisasinya. Meskipun Liga Arab sudah berusaha dalam meredakan konflik antara
Palestina dan Israel. Salah satu usaha yang dilakukan Liga Arab adalah
mendukung legimitasi hak-hak yang tidak dapat dicabut dari masyarakat di
Palestina sertahak menentukan nasib sendiri, hak untuk kembali, serta
mendirikan negara Palestina yang berdaulat penuh dengan Yerussalem Timur
sebagai ibu kotanya. Namun, usahanya yang seperti itu tidak bisa menghentikan
konflik yang terjadi. Sejauh ini terpantau ada 5 penghalang dalam penyelesaian
konflik antara Israel dan Palestina yang membuat konflik ini tak kunjung usai.
Hal itu adalah kebijakan AS mengenai Timur Tengah terutama mengenai Palestina
dan Israel, radikalisasi politik Israel, perpecahan regional di Timur Tengah
dan dampaknya pada kebijakan ekonomi dan politik Palestina, bentrokan yang
berlangsung di Palestina, dan kurangnya gagasan di kalangan masyarakat
internasional. Dalam kacamata Palestina pun Liga Arab sudah dinilai sangat
gagal merangkul keamanan salah satu negara anggotanya, terutama dengan
hilangnya ratusan nyawa masyarakat Palestina.
Hal tersebut didukung dengan beberapa pendapat yang disampaikan oleh pengamat sivitas akademika yang khususnya di Indonesia terkait dengan diamnya Liga Arab dalam menengahi konflik antara Palestina dan Israel. Pendapat yang pertama dikemukakan oleh Siti Mutiah Setiawati (UGM), beliau mengatakan bahwa diamnya Liga Arab dalam menengahi konflik Palestina dikarenakan mereka masih memiliki masalah masing-masing, dimana hingga saat ini tidak sedikit negara-negara Liga Arab yang masih saling bersitegang dengan sesama anggotanya, kemudian beberapa negara yang lain juga bahkan masih bermasalah dengan rakyatnya sendiri, dan sejumlah negara lainnya justru bersekutu dengan Israel. Pendapat kedua berbeda dengan pendapat pertama yang lebih menyoroti masalah internal Liga Arab, pendapat kedua ini dikemukakan oleh Ahmad Sahide (UMY), beliau berpendapat bahwa diamnya negara-negara Arab disebabkan karena mereka memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Amerika Serikat. Dimana negara Arab dan Amerika Serikat memiliki kerjasama yang erat dalam bidang ekonomi, sehingga hal itulah yang dijadikan Amerika Serikat selaku sekutu dari Israel untuk mendominasi negara-negara Arab untuk mendukung kepentingan Israel. Oleh karena itu, berbagai pihak mengatakan bahwa Liga Arab gagal dalam memainkan perannya secara signifikan untuk meninimalisasikan konflik di kawasan dan membela kepentingan negara anggotanya
Oleh;
Team Research and Development
2 Comments